Memahami Entrepreneuship |
Benar kan, Mereka yang telah dilatih dan dididik untuk menjadi seorang entrepreneur selama bertahun-tahun tidak menampakkan adanya progress dalam bisnisnya? Mengapa? Karena mereka tiba tidak untuk menjadi mandiri, melainkan ada daya tarik yang lain yang menjadi fokus mereka, yaitu: modal dan fasilitas!
2 hal tersebut di atas mengakibatkan fokus dan tujuan dari pembinaan UMKM menjadi kabur, meskipun ada di antara mereka yang masih bisa memegang fokus pada prinsip kemandirian, tetapi tidak banyak. Yang bisa bersikap dapat berdiri diatas kaki sendiri inilah yang pada balasannya bisa bertahan.
Beberapa CSR dari beberapa perusahaan yang menunjukkan pinjaman modal yang ringan yakni rujukan pemahaman pembinaan UMKM yang seharusnya, UMKM jangan dibiasakan dengan akomodasi gratis, meskipun bunga murah mereka harus membangun mindset bahwa pinjaman harus dikembalikan dengan tuntukan kinerja produktivitas yang lebih baik.
Fasilitas dana CSR untuk mengatakan akomodasi edukasi gratis juga sudah pada pemahaman yang benar, alasannya akomodasi yang justru sangat penting yakni pengetahuan dan informasi. Seringkali fasiltias berupa pemberian alat justru tidak termanfaatkan dengan benar dan optimal.
Fasilitas modal harus dicermati dengan benar, bukan sebagai hibah melainkan sebagai stimulan dalam menyebarkan perjuangan dan dana tersebut harus kembali alasannya antrean di belakangnya masih sangat panjang.
Entrepreneurship Adalah Mengenai Bagaimana Merubah Mindset dan Membangun Nilai.
Jika Tukul Bilang: "Kembali Ke Laptop." Maka itulah yang akan kita lakukan, yaitu kembali kepada memahami arti entrepreneurship itu sendiri. Arti itulah yang seharusnya membawa pembinaan kita kembali kepada esensinya.
Banyak arti yang diberikan kepada kata entrepreneurship oleh beberapa ahli, namun kami lebih cenderung memahami entrepreneurship sebagai sebuah upaya untuk mengubah mindset atau pola pikir seseorang dalam menyikapi hal-hal fundamental untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dan juga kemampuan untuk membuat nilai-nilai yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya. Nilai yang dimaksudkan yakni solusi atas permasalahan yang ada di lingkungan dan masyarakat.
Mengubah mindset? Ya, pola pikir-pola pikir positif dan kreatif menjadi sebuah kebutuhan dalam meningkatkan level kehidupan seseorang alasannya pola pikir semacam itulah yang sudah terbukti membawa beberapa orang berhasil, tidak hanya sebagai seorang pengusaha melainkan juga meningkatkan karir seseorang.
Mandiri, siap berkompetisi, selalu meningkatkan daya saing, bertanggung jawab dan selau peduli terhadap lingkungan sekitar dan sesama merupakan beberapa pola pikir yang mengakibatkan banyak orang sukses dalam hidupnya. Berpikir positif dan aman menjadi dasar dalam pengambilan perilaku dan keputusan yang dilandasi dengan kejujuran dan tujuan yang baik dan fokus.
Dalam banyak rujukan kami mencoba mengambil landasan dapat berdiri diatas kaki sendiri dan kemampuan dalam meningkatkan daya saing, yang akan kami coba untuk mengukur apakah benar beberapa keputusann dalam melaksanakan pembinaan UMKM yang telah kami lakukan sesuai dengan arti dari entrepreneurship itu sendiri.
Jika dalam banyak hal kami kurang oke dengan stimulan berupa modal awal, hibah dan dukungan alat dan semacamnya yakni alasannya kami sering menemukan kenyataan bahwa hal-hal tersebut tidak menyentuh bagaimana para pelaku UMKM tersebut bisa merubah mindset kemandiriannya. Jika awalnya mereka sudah bersikap mandiri, namun ketika mereka mencicipi betapa "nikmat"-nya dukungan dana (hibah), dukungan alat dan sebagainya maka mereka sudah mulai tidak "fokus" pada arti dari kemandirian tersebut dan balasannya mereka mulai mencari dukungan lain dan lainnya lagi.
Guru sekolah mengatakan bekal ilmu, pengetahuan dan landasan berpikr tetapi bukan dana, akomodasi sebagainya alasannya memang porsi itu yang harus mereka lakukan dengan sebaik-baiknya. Tetapi banyak yang mereka latih itu bisa berhasil justru alasannya mereka mengedepankan perilaku kemandirian dan peningkatan daya saing. Nah, seharusnya pembinaan UMKM pun harus berpijak pada porsi ibarat seorang guru, mengatakan bekal ilmu bagaimana memulai perjuangan dan mengelola perjuangan dan akomodasi yang diberikan pun sebatas bagaimana gampang mengurus ijin perjuangan dan persyaratan perjuangan yang semestinya memang harus mudah.
Sudahkah bekal kepada para pelaku UMKM diberikan sesuai dengan kebutuhan mereka, apa bekal-bekal itu sudah diberikan secara terstruktur dan berjenjang sebagaimana sistem jenjang sekolah kita? Apakah yang mendapat training pemasaran benar-benar sudah mendapat training bagaimana membuat produk yang bermutu baik dan bagaimana mengemas produk dengan menarik? Dan sebagainya.
Pastinya belum, sehingga aneka macam spot-spot kekurangan bahan pembekalan pada para pelaku UMKM sehingga materi-materi yang seharusnya belum sesuai dengan levelnya bisa menjadi sangat tidak efektif bahkan sia-sia diberikan. Setiap level mempunyai kebutuhan masing-masing, jadi harus diselesaikan setiap level-level tersebut dengan bekal-bekal wajib yang harus mereka kuasai sebelum bekal lain diberikan.
Dengan bekal-bekal ilmu dan pengetahuan yang memadai dan sesuai porsinya (levelnya) maka pelaku UMKM akan lebih baik dalam menjalani "sekolah" bisnisnya, bukan alasannya iming-iming dana hibah dan fasiltas alat yang diletakkan di hadapan mereka. Jika memang permasalahannya yakni modal, maka dukungan yang bisa dilakukan yakni mengatakan pinjaman dengan bungat murah bukan hibah. Jika memang alat produksi yang diharapkan maka buatlah kegiatan kredit alat produksi dengan cicilan yang ringan dan jangka waktu yang panjang dan sebagainya.
Pola pikir mandiri, kreatif dan berdaya saing yakni pola pikir yang harus dituju oleh para pelaku UMKM dari pola pikir ketika ini yang mereka miliki. Mereka niscaya bisa, alasannya mereka sudah memilih pilihannya. Hidup matinya bisnis mereka yakni tergantung dari pola pikir dan perilaku mentalnya tersebut, yang ditunjang dengan pemahaman dan pengetahuan mengenai bisnis dengan baik dan hal ini merupakan kewajiban kita sebagai pembina UMKM.
Satu Bisnis Akan Melahirkan Bisnis Yang Lain.
Jika bicara fokus, tentunya hal ini yang masih belum bisa dilakukan dengan baik. Semua pihak ingin melaksanakan banyak hal semoga terlihat bahwa mereka bisa melakukannya, meskipun pada kenyataannya banyak detail yang tidak tersentuh dan banyak hal yang terlewat.
Berharap terlalu besar dan berpikir terlalu jauh sering mengaburkan pandangan kita terhadap hal-hal yang prioritas, bahwa yang utama dalam pembinaan UMKM harus bisa menunjukan bahwa ada satu atau beberapa UMKM yang "terbukti" berhasil dalam pembinaan tersebut. Kita bukan superman yang bisa melaksanakan banyak hal yang berhasil, satu keberhasilan sebetulnya sudah cukup untuk ketika ini.
Mindset bahwa satu bisnis akan melahirkan bisnis yang lain perlu dipahami, alasannya dari pernyataan ini maka kita akan fokus pada satu hal dan kemudian satu hal yang sudah terselesaikan tersebut akan memicu munculnya hal lain yang lebih baik. Karena dengan menuntaskan satu hal kita akan mempunyai formulasi yang sudah terbukti yang bisa menjadi portofolio untuk menuntaskan hal lain daripada harus menuntaskan banyak hal yang tanpa formulasi yang benar.
Demikian share kami hari ini, semoga bermanfaat dalam membangun ihwal dan referensi. Ada banyak fatwa di luar sana, dan pemikiran-pemikiran tersebut bisa jadi sangat bermanfaat bagi pengembangan formulasi pembinaan UMKM di negeri ini.