Coklat lokal bukan berarti murahan, ada juga yang berkualitas. |
Coklat sangat identik dengan produk impor, padahal bahu-membahu Indonesia sendiri ialah produsen kakao yang patut diperhitungkan. Tidak banyak yang tahu bahwa ada perusahaan lokal, bahkan skala UMKM, di Jawa Tengah yang sudah bisa menciptakan produk coklat yang patut dibanggakan. Hanya mungkin sebab keterbatasan promosi yang dilakukan maka belum banyak yang mengenal merk tersebut.
Jika sementara masyarakat telah mengenal MONGGO di Yogyakarta, maka masyarakat Semarang mulai mengenal produk dengan kualitas setara MONGGO yaitu KAKAKOA. Kakakoa justru diproduksi oleh UMKM yang berasal dari Kendal dan sedang terus tumbuh untuk mengenalkan brand-nya kepada masyarakat.
Jika awalnya produk KAKAKOA dikenal di kalangan pasar online, maka mulai tahun ini KAKAKOA sedang mencari kawan distribusi yang siap berhubungan dalam memasarkan produk ini di seluruh Indonesia. Produk KAKAKOA ini sendiri sudah dipasarkan melalui pasar modern menyerupai Carrefour. Dengan packaging yang "super" maka sudah sepantasnya produk ini bisa disejajarkan dengan brand-brand besar lainnya.
Pastinya masyarakat yang masih terbatas pengetahuannya perihal coklat akan membandingkan dengan produk-produk coklat yang telah beredar di pasaran, namun ada banyak hal yang perlu diedukasikan kepada masyarakat yaitu coklat yang berkualitas dan yang kurang berkualitas sebab mengejar harga jual yang murah.
Harga memang selalu menjadi patokan utama dalam memperbandingkan produk ini, padahal bahu-membahu kalau mereka mau membelanjakan uangnya lebih mahal sedikit mereka bisa mendapat "nilai" experience yang berbeda dengan produk coklat lainnya, terutama penggemar coklat yang "sensitif" dengan rasa cantik gula. Nah, di kelas inilah KAKAKOA bermain dan ingin menunjukkan kelasnya.
Sekilas Edukasi Tentang Coklat
Bagi orang awam, cokelat apapun sama saja. Namun bahu-membahu cokelat ada dua jenis, yakni couverture dan compound. Karena materi pembuatnya berbeda, karakteristik dan cara memperlakukan juga berbeda.
Bahan dasar pembuat cokelat ialah biji kakao. Dari 100 gram biji kakao, bisa diperoleh sekitar 80 gram cocoa mass atau cocoa liquor yang berbentuk pasta. Sementara itu, 20 gram sisanya berupa kulit biji kakao atau bahan-bahan tak terpakai lainnya.
Cocoa liquor kemudian diproses menjadi 40 gram cocoa butter dan 40 gram cocoa powder (bubuk kakao). Kandungan inilah yang kemudian membedakan cokelat couverture dan cokelat compound.
"Cokelat couverture ialah adonan cocoa mass dan cocoa butter, sementara cokelat compound ialah kombinasi cocoa powder dan lemak nabati," terang Technical Manager Puratos Adang Hendra.
Pada label cokelat couverture biasanya terdapat jumlah persentase kandungan cokelat, contohnya 74%. Jumlah ini menunjukkan adonan cocoa mass dan cocoa butter, contohnya 50% banding 24%. Sementara itu, sisanya sebanyak 26% bisa jadi terdiri dari gula, lesitin, dan vanili.
"Semakin banyak cocoa butter, semakin encer dan mahal cokelat tersebut. Sementara itu, semakin banyak cocoa mass, cokelat akan semakin pahit dan murah," tutur Adang dikala ditemui Detikfood di Puratos Innovation Center Jakarta.
Untuk bisa disebut cokelat couverture, persentase cocoa butter harus di antara 32-39%. Total persentase cocoa butter dan cocoa solidpun harus minimal 54%.
Berbeda dengan cokelat couverture, cokelat compound tak menampilkan persentase kandungan cokelat. Pasalnya, semakin banyak kandungan abu kakao, semakin menggumpal cokelat tersebut. Cokelat compound biasanya terdiri dari 50% gula serta 50% adonan lemak dan abu kakao.
Cokelat couverture memang lebih lezat dibanding cokelat compound. Namun cokelat couverture lebih cepat meleleh, sehingga tak gampang dibawa-bawa. Cokelat couverture sebaiknya disimpan di suhu 23 C.
Selain itu, cokelat couverture lebih mahal dan lebih rumit pengolahannya. Salah satu tahap yang harus dilewati ialah tempering semoga warna cokelat lebih mengilap dan rasanya lebih enak. Tempering menggunakan mesin khusus, sehingga yang menggunakan cokelat couverture biasanya ialah profesional dan bakery besar.
Cokelat compound diciptakan sebagai alternatif lebih murah dari cokelat couverture. Cokelat compound juga tak gampang meleleh dan bisa disimpan di suhu 28-30 C. Cokelat inipun lebih gampang digunakan sebab tinggal ditim tanpa mesin khusus.
Karena lebih mudah itulah, cokelat compound banyak digunakan untuk pemakaian sendiri maupun industri rumahan. Cokelat jenis ini juga lebih cantik dibanding cokelat couverture sebab kandungan gulanya lebih banyak. Biasa digunakan sebagai cokelat hiasan.
Sebelum menyantap cokelat kemasan, cek labelnya. Jika terdapat 'cocoa mass' dalam materi pembuatnya, berarti cokelat tersebut menggunakan cokelat couverture. Namun kalau di labelnya tertulis 'lemak nabati', berarti produk tersebut menggunakan cokelat compound. "Tak mungkin cocoa mass dan lemak nabati digunakan sekaligus sebab tak bisa bercampur," kata Adang.
Untuk menjaga kesehatan dan berat badan, pilihlah couverture dark chocolate dibanding cokelat compound yang mengandung lemak nabati. Pasalnya kandungan cokelat dalam dark chocolate lebih tinggi dibanding milk chocolate dan white chocolate. Hindari white chocolate compound sebab hanya terdiri dari gula dan susu abu tanpa kandungan cokelat sama sekali.