Lumpia Gang Lombok, bukan sekedar lumpia melainkan nilai sejarah sebuah lumpia. |
Pada awalnya, kuliner hanya di jadikan salah satu embel-embel untuk kegiatan berwisata, namun kini ini sudah menjadi suatu demam isu dan menjadi salah satu daya tarik wisata di suatu daerah. Kegiatan berwisata dan merasakan suatu kuliner khas daerah, di kenal dengan istilah Wisata Kuliner. Karena kuliner juga merupakan ekpresif identitas dan budaya.
Ada beberapa jenis Wisata Kuliner :
Urban Tourism : Wisatawan hanya sekedar berkunjung ke restoran atau tempat makan sebab kebutuhan untuk makan dan minum selama berwisata, belum ada minat khusus untuk mengetahui lebih lanjut perihal kuliner tradisional khas kawasan tersebut.
Culinary Tourim: Wisatawan mengunjungi restoran, tempat makan, ekspo kuliner khas suatu daerah, dengan ketertarikan sedang saja, sebab menikmati sajian lokal sudah menjadi cuilan dari gaya hidup mereka, tapi belum ada minat khusus untuk berguru atau mengetahui lebih jauh perihal kuliner tersebut.
Gastronomy Tourism / Cuisine Tourism: bepergian ke destinasi wisata khusus untuk menikmati kuliner lokal, ke ekspo makanan, menikmati / mempelajari kuliner lokal secara serius sebagai daya tarik utama dalam perjalanan wisata.
Dengan perkembangan jaman, dan banyaknya media yang mengulas perihal menu-menu khas tradisional di masing-masing kawasan di Indonesia, kecendurungan demam isu wisata masakan dikala ini yakni ke arah Gastronomy Tourism / Cuisine Tourism. Di mana wisatawan selalu tertarik untuk mencoba dan mengenal lebih jauh perihal masakan khas suatu daerah, kemudian pengalaman sesudah menikmati kuliner khas suatu kawasan tersebut, banyak di share melalui banyak sekali media cetak, media online, media sosial, dll, sehingga menimbulkan minat orang yang melihat / membacanya untuk mencoba dan menikmati sendiri, sehingga timbul cita-cita untuk tiba ke suatu kawasan dengan sajian khas tersebut, untuk berwisata dan juga untuk mencoba aneka masakan khasnya.
Contoh aktual untuk demam isu Gastronomy Tourism, misal pasar Papringan Temanggung yang kini ini sedang naik daun. Walau jalan masuk menuju lokasi cukup jauh, dan masuk ke sebuah desa di Temanggung dan harus tiba pagi-pagi, terbukti banyak sekali wisatawan yang tiba khusus ke Temanggung untuk menikmati masakan tradisional khas sana.
Nah potensi lokal menyerupai ini yang harus di kembangkan di setiap daerah, biar sanggup menjadi daya tarik khusus, sehingga sanggup menyerap banyak lapangan kerja, dan memajukan pariwisata lokal, serta menunjang pertmbuhan ekonomi di bidang Pariwisita, misal dengan tingkat hunian hotel yang bagus, ramainya toko oleh-oleh, dll.
Potensi wisata masakan lokal ada dua macam, yaitu masakan yang benar-benar tradisional dan mempunyai sejarah dan filosofi serta merupakan sajian khas turun temurun suatu daerah, atau sanggup juga sajian modern atau kreasi gres yang menjadi demam isu atau icon masakan khas yang banyak di minati wisatawan.
Di Semarang sendiri, banyak sajian tradisional yang unik dan banyak ragamnya. Atraksi wisata Kota Semarang memang kurang, namun kalau kita melihat potensi wisata kulinernya, nggak akan selesai di coba semua dalam tiga hari kunjungan ke kota Semarang. Banyak potensi masakan unik dan yummy khas Semarang. Baik yang otentik masakan lokal Jawa atau yang perpaduan dengan masakan Chinese, yang sudah menyatu secara serasi di Semarang.
Contoh sajian tradisonal khas Semarang, yang merupakan perpaduan masakan Jawa dan Chinese, sanggup di jadikan daya tarik wisata khusus, salah satunya Lumpia. Lumpia khas Semarang ini unik, sebab merupakan akulturasi budaya chinese dan pribumi yang balasannya menghasilkan suatu masakan khas yang populer di Semarang yang sanggup di nikmati oleh semua kalangan.
Pengenalan perihal Lumpia Semarang, perihal cara pembuatannya, perihal sejarahnya, perihal asal usulnya, tentu kalau di kembangkan dan di buat paket wisata yang menarik, tentu akan lebih menjadi daya tarik bagi wisatawan, daripada hanya sekadar mencoba rasa Lumpia Semarang itu sendiri.
Apalagi kalau dalam Paket wisata masakan khas Semarang juga di kenalkan perihal sejarah Lumpia, proses pembuatannya, sampai merasakan eksklusif Lumpia Semarang yang otentik, yang merupakan generasi penerus dari penciptanya, tentu akan menjadi salah satu daya tarik khusus, untuk memajukan Pariwisata di kota Semarang.
Berikut kutipan sejarah perihal Lumpia Semarang, yang kalau di kemas sanggup menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan :
Pada era ke 19 – seorang pendatang dari Fukien, Tjoa Thay Joe mulai berjualan Lumpia di Semarang, Dengan keahliannya ia meracik dadar gulung dengan isi daging babi dan rebung yang disebut dengan lumpia kini ini.
Tjoa Thay Joe rajin berdagang, setiap ada pasar malam di Olimpia park, Semarang yang diadakan oleh Pemerintah Hindia Belanda di tahun 1917.
ternyata ia tak sendiri, dikala ia berdagang, ternyata ada seorang gadis yang berjulukan Mbok Wasi yang menjadi saingannya
Mbok Wasi, seorang perempuan Semarang asli, yang berjualan lumpia dengan cita rasa Jawa yang manis, dengan isi telur, udang, rebung, wortel, dan sayuran lain.
Persaingan ini sangat keras, sehingga mereka saling meningkatkan mutu sajian dagangan mereka
Pokoknya kalau Engkoh Tjoa jual 10 Lumpia , Mbok Wasi mesti jual 20 Lumpia setiap malam
Lantaran sering bersaing, mulai timbul cinta di hati Engkoh Tjoa, sebab setiap hari pikirannya hanya ada pada mbok Wasi
Tidak disangka, pada suatu ketika Engkoh Tjoa tiba ke tempat Mbok Wasi, dan kemudian melamarnya
Bermula dari saling bersaing, kedua orang itu malah balasannya menikah (inilah “cinta karena bersaing”)
Mereka menikah dan membuat resep gres lunpia perpaduan dua resep orisinil Hokkian dengan resep lokal Semarang.
Resep gres itu meninggalkan daging babi, kol dan wortel. Yang digunakan tinggal rebung, telur, udang ditambah ikan kering (pihi), resep ini dibentuk supaya kaum Bumiputera Semarang dikala itu sanggup menikmati Lumpia Tjoa -Wasi
Cinta mengawali dongeng sukses Lunpia Semarang, perpaduan Limpia Hokkien dan Semarang yakni . “Loenpia Tjoa-Wasih”
Lumpia yang dijajakan dengan gerobak dorong selalu dinanti oleh penggemarnya dikala itu.
Sampai pada balasannya pada tahun 1930 Tjoa Thay Joe tutup usia.
Dia mewariskan resep cintanya kepada putri tunggal Tjoa Po Nio dan menantunya Siem Gwan Sing.
Mbok Wasi mengawasi anak dan menantunya mejalankan bisnis lumpia.
Hingga tahun 1956, Mbok Wasi menyusul suaminya pada usianya yang ke-90 tahun
“Loenpia Tjoa-Wasih” yakni resep lunpia tertua di Semarang yang kini dikenal dengan Lunpia Gang Pinggir.
Sampai pada generasi kedua, resep lunpia Thay Joe-Wasih masih tetap sama. di tangan cucu-cucu Thay Joe, resep ini mengalami pengembangan.
Saat ini lunpia paling populer dan tertua di Semarang yakni lunpia buatan salah satu kios Jalan Gang Lombok 11.
Purnomo Usodo alias Siem Swie Kiem (70), telah mematenkan lunpianya dengan nama Lunpia Semarang Gang Lombok di tahun 1996.
Sama dengan Gang Lombok Lunpia Mbak Lien ditambahi irisan ayam kampung yang punya aroma khas. Pemiliknya yakni Mbak Lien alias Siem Siok Lien (45).
Jika dirunut, Lien yakni generasi keempat dari dinasti lunpia Tjoa Thay Joe-Wasi
Lien meneruskan resep yang dikembangkan ayahnya yang sedikit berbeda dengan resep orisinil kakek buyutnya, Thay
Ternyata, persaingan perjuangan yang berbuah cinta telah melahirkan resep canggih Lumpia Semarang
Kalau kita sanggup hidup bersama dalam perbedaan, akan timbul kreatifitas yang melahirkan ciri khas sebuah bangsa. ( Sumber : lembaga penggiat Wisata Semarang )
Dari proses pembuatan kulit Lumpianya yang unik, yang di besetkan di wajan, bukan di dadar, sebetulnya juga sanggup menjadi daya tarik khusus untuk Gastronomy kuliner, belum perihal keberagaman isi dari Lumpia Semarang itu sendiri. Walau sama-sama rebung, namun Lumpia ada banyak sekali versi isian.
Sayangnya, hambatan utama yakni derma pemerintah yang kurang perihal promosi Pariwisata khusus menyerupai ini. Di kawasan Kranggan Semarang, sebetulnya ada satu pusat perjuangan pembuatan kulit Lumpia yang tentu akan menjadi daya tarik khusus, kalau di kembangkan menjadi salah satu kampung Tematik, menyerupai yang baru-baru ini jadi trend. Sayangnya pusat tempat pembuatan kulit Lumpia di kawasan tersebut terkesan kumuh, sebab menyatu dengan pemukiman warga, jadi kurang menarik juga kalau di kunjungi oleh wisatawan. Padahal apabila di tata dengan baik dan di bina oleh Pemerintah, tempat tersebut sanggup menjadi daya tarik wisata khusus di Semarang.
Selain kuliner atau masakan tradisional yang sudah manjadi aset budaya, demam isu masakan dikala ini juga mengalami banyak sekali macam kemajuan, dan itupun sanggup menajadi potensi lokal yang menarik. Misal, masakan khusus khas Ungaran, tahu Bakso, walau terkesan masakan modern, namun sudah terbukti bahwa buah tangan khas Ungaran ini banyak di buru pecinta kuliner.
Contoh lain di Yogya, kalau dahulu gaplek, Tiwul, gathot yakni kuliner kelas bawah yang harganya murah, dan hanya di nikmati di pedesaan, kini ini justru menjadi kuliner glamor yang banyak di buru oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Wisatawan rela menempuh perjalan jauh sampai ke Gunung Kidul atau kawasan selatan Yogyakarta, hanya untuk berburu masakan tradisional khas Yogya ini.
Ada lagi wisata masakan olahan Singkong di Salatiga. Berawal dari salah satu pengusaha Gethuk tradisional yang legendaris, dan banyak di buru pecinta kuliner, kini ini di sekitar kawasan produksi Gethuk tersebut juga banyak restoran atau toko buah tangan dengan bermacam-macam olahan dari singkong. Dan sudah terbukti banyak di kunjungi wisatawan dari luar kota. Kaprikornus walau tidak ada tujuan wisata khusus ke Salatiga, namun masakan khas aneka olahan khas suatu daerah, baik tradisional atau modern, sanggup daya tarik potensi masakan lokal pun sanggup mengundang wisatawan untuk tiba dan berkunjung ke suatu daerah.
Tentunya kawasan lainpun juga punya banyak potensi lokal khas daerah, terutama kulinernya yang sanggup di kembangkan dan di jual menjadi daya tarik wisata khusus. Hanya perlu tangan-tangan kreatif yang sanggup menyulapnya menjadi lebih populer atau menyebarkan menjadi suatu demam isu masakan khusus yang menarik banyak wisatawan.
Jadi kesimpulannya, kita yang ingin berkecimpung di bidang kuliner, hendaknya sanggup membuat demam isu masakan baru, atau sanggup juga mengusung masakan tradisional yang masih asli, dalam bentuk yang lebih menarik, sehingga sanggup ikut berpatisipasi dalam mengolah potensi lokal untuk mendukung perkembangan pariwisata.
Contoh aktual dari perjuangan penggiat masakan tradisional yang berhasil, di Yogya. Di Yogya ada pusat masakan Ingkung di kawasan Bantul. Ayam Ingkung yakni sajian tradisional yang penuh filosofi dan biasa di sajikan di upacara tradisional Jawa Tengah, khususnya di Yogya. Karena biasa di sajikan di program khusus, sebelumnya tidak banyak wisatawan mengetahui perihal masakan Ingkung ini. Namun dengan adanya satu penggerak yang membuka restoran khusus dengan sajian Ingkung ini, di ikuti oleh restoran atau rumah makan lain yang juga menyajikan sajian Ingkung ini, dikala ini di Yogya di kawasan Bantul sudah berhasil menjadi pusat destinasi wisata masakan khusus, yaitu olahan Ingkung, yang sudah di kenal luas secara nasional, apalagi di dukung oleh banyak sekali liputan media nasional, internet, blogger yang banyak mengulas perihal masakan ini, dll.
Jadi, sebagai pelaku di bidang kuliner, hendaknya kita sanggup jeli mengambil peluang, potensi apa yang sanggup di kembangkan dari kawasan kita masing-masing, kita sanggup mengangkat unsur tradisonal yang masih asli, atau memperlihatkan sentuhan kreatifitas gres memakai bahan-bahan lokal, unik dan khas daerah, tentu akan menjadi daya tarik wisata minat khusus dalam menyebarkan pariwisata daerah.
Jadi kesimpulannya, Potensi lokal yang berupa kuliner tradisional suatu daerah, sanggup berdampak positif dalam perkembangan Kepariwisataan. Kekayaan sumber materi kuliner lokal / tradisional juga perlu di manfaatkan, di lestarikan dan juga dikembangkan biar lebih menarik. Pelaku perjuangan di bidang masakan tradisional juga harus di berikan bimbingan dan pengarahan perihal duduk kasus tehnik pengolahan yang benar, higienis, tehnik pengemasan, penyajian yang artistik, dan lain-lain yang menjadi kewajiban dari Dinas-Dinas terkait.
Jika dirunut, Lien yakni generasi keempat dari dinasti lunpia Tjoa Thay Joe-Wasi
Lien meneruskan resep yang dikembangkan ayahnya yang sedikit berbeda dengan resep orisinil kakek buyutnya, Thay
Ternyata, persaingan perjuangan yang berbuah cinta telah melahirkan resep canggih Lumpia Semarang
Kalau kita sanggup hidup bersama dalam perbedaan, akan timbul kreatifitas yang melahirkan ciri khas sebuah bangsa. ( Sumber : lembaga penggiat Wisata Semarang )
Dari proses pembuatan kulit Lumpianya yang unik, yang di besetkan di wajan, bukan di dadar, sebetulnya juga sanggup menjadi daya tarik khusus untuk Gastronomy kuliner, belum perihal keberagaman isi dari Lumpia Semarang itu sendiri. Walau sama-sama rebung, namun Lumpia ada banyak sekali versi isian.
Sayangnya, hambatan utama yakni derma pemerintah yang kurang perihal promosi Pariwisata khusus menyerupai ini. Di kawasan Kranggan Semarang, sebetulnya ada satu pusat perjuangan pembuatan kulit Lumpia yang tentu akan menjadi daya tarik khusus, kalau di kembangkan menjadi salah satu kampung Tematik, menyerupai yang baru-baru ini jadi trend. Sayangnya pusat tempat pembuatan kulit Lumpia di kawasan tersebut terkesan kumuh, sebab menyatu dengan pemukiman warga, jadi kurang menarik juga kalau di kunjungi oleh wisatawan. Padahal apabila di tata dengan baik dan di bina oleh Pemerintah, tempat tersebut sanggup menjadi daya tarik wisata khusus di Semarang.
Selain kuliner atau masakan tradisional yang sudah manjadi aset budaya, demam isu masakan dikala ini juga mengalami banyak sekali macam kemajuan, dan itupun sanggup menajadi potensi lokal yang menarik. Misal, masakan khusus khas Ungaran, tahu Bakso, walau terkesan masakan modern, namun sudah terbukti bahwa buah tangan khas Ungaran ini banyak di buru pecinta kuliner.
Contoh lain di Yogya, kalau dahulu gaplek, Tiwul, gathot yakni kuliner kelas bawah yang harganya murah, dan hanya di nikmati di pedesaan, kini ini justru menjadi kuliner glamor yang banyak di buru oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Wisatawan rela menempuh perjalan jauh sampai ke Gunung Kidul atau kawasan selatan Yogyakarta, hanya untuk berburu masakan tradisional khas Yogya ini.
Ada lagi wisata masakan olahan Singkong di Salatiga. Berawal dari salah satu pengusaha Gethuk tradisional yang legendaris, dan banyak di buru pecinta kuliner, kini ini di sekitar kawasan produksi Gethuk tersebut juga banyak restoran atau toko buah tangan dengan bermacam-macam olahan dari singkong. Dan sudah terbukti banyak di kunjungi wisatawan dari luar kota. Kaprikornus walau tidak ada tujuan wisata khusus ke Salatiga, namun masakan khas aneka olahan khas suatu daerah, baik tradisional atau modern, sanggup daya tarik potensi masakan lokal pun sanggup mengundang wisatawan untuk tiba dan berkunjung ke suatu daerah.
Tentunya kawasan lainpun juga punya banyak potensi lokal khas daerah, terutama kulinernya yang sanggup di kembangkan dan di jual menjadi daya tarik wisata khusus. Hanya perlu tangan-tangan kreatif yang sanggup menyulapnya menjadi lebih populer atau menyebarkan menjadi suatu demam isu masakan khusus yang menarik banyak wisatawan.
Jadi kesimpulannya, kita yang ingin berkecimpung di bidang kuliner, hendaknya sanggup membuat demam isu masakan baru, atau sanggup juga mengusung masakan tradisional yang masih asli, dalam bentuk yang lebih menarik, sehingga sanggup ikut berpatisipasi dalam mengolah potensi lokal untuk mendukung perkembangan pariwisata.
Contoh aktual dari perjuangan penggiat masakan tradisional yang berhasil, di Yogya. Di Yogya ada pusat masakan Ingkung di kawasan Bantul. Ayam Ingkung yakni sajian tradisional yang penuh filosofi dan biasa di sajikan di upacara tradisional Jawa Tengah, khususnya di Yogya. Karena biasa di sajikan di program khusus, sebelumnya tidak banyak wisatawan mengetahui perihal masakan Ingkung ini. Namun dengan adanya satu penggerak yang membuka restoran khusus dengan sajian Ingkung ini, di ikuti oleh restoran atau rumah makan lain yang juga menyajikan sajian Ingkung ini, dikala ini di Yogya di kawasan Bantul sudah berhasil menjadi pusat destinasi wisata masakan khusus, yaitu olahan Ingkung, yang sudah di kenal luas secara nasional, apalagi di dukung oleh banyak sekali liputan media nasional, internet, blogger yang banyak mengulas perihal masakan ini, dll.
Jadi, sebagai pelaku di bidang kuliner, hendaknya kita sanggup jeli mengambil peluang, potensi apa yang sanggup di kembangkan dari kawasan kita masing-masing, kita sanggup mengangkat unsur tradisonal yang masih asli, atau memperlihatkan sentuhan kreatifitas gres memakai bahan-bahan lokal, unik dan khas daerah, tentu akan menjadi daya tarik wisata minat khusus dalam menyebarkan pariwisata daerah.
Jadi kesimpulannya, Potensi lokal yang berupa kuliner tradisional suatu daerah, sanggup berdampak positif dalam perkembangan Kepariwisataan. Kekayaan sumber materi kuliner lokal / tradisional juga perlu di manfaatkan, di lestarikan dan juga dikembangkan biar lebih menarik. Pelaku perjuangan di bidang masakan tradisional juga harus di berikan bimbingan dan pengarahan perihal duduk kasus tehnik pengolahan yang benar, higienis, tehnik pengemasan, penyajian yang artistik, dan lain-lain yang menjadi kewajiban dari Dinas-Dinas terkait.