ADS

Memahami Klaster Industri


Sangat menarik untuk mengingatkan kembali konsep klaster industri yang pernah coba dirinti Memahami Klaster Industri
Klaster sebagai solusi jejaring bisnis
Sangat menarik untuk mengingatkan kembali konsep klaster industri yang pernah coba dirintis namun belum membuahkan hasil yang signifikan di Indonesia, hal ini bisa jadi alasannya pemahaman yang tidak sama atau memang belum sepenuhnya dipahami oleh banyak pihak di Indonesia. Konsep klaster yang tolong-menolong diadopsi dari negara-negara maju ini belum secara maksimal diterapkan di Indonesia atau bahkan kepada para pelaku UMKM.

Justru bukan produksi sejenis namun justru konsep saling mengisi "titik-titik" fungsi dan kebutuhan dari sebuah rangkaian bisnis. Jika hal ini bisa terwujub mungkin pengembangan UMKM bisa lebih sanggup bangkit diatas kaki sendiri dan saling dukung satu dengan yang lain, atau bisa dikatakan semua bisa tumbuh.

Berikut ialah sedikit pemahaman perihal klaster Industri:


Istilah “klaster (cluster)” mempunyai pengertian harfiah sebagai kumpulan, kelompok, himpunan, atau adonan obyek tertentu yang mempunyai keserupaan atau atas dasar karakteristik tertentu. Dalam konteks ekonomi/bisnis, “klaster industri (industrial cluster)”[1] merupakan terminologi yang mempunyai pengertian khusus tertentu. Walaupun begitu, dalam literatur, istilah “klaster industri” diartikan dan dipakai secara beragam. Berikut ialah beberapa teladan definisi klaster industri.
Klaster industri adalah:
  • Kumpulan/kelompok bisnis dan industri yang terkait melalui suatu rantai produk umum, ketergantungan atas keterampilan tenaga kerja yang serupa, atau penggunaan teknologi yang serupa atau saling komplementer (OECD, 2000);
  • Kelompok industri dengan focal/core industry yang saling bekerjasama secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting industry maupun related industry (Deperindag, 2000);
  • Konsentrasi geografis dari perusahaan dan industri yang saling berkompetisi, komplementer, atau saling terkait, yang melaksanakan bisnis satu dengan lainnya dan/atau mempunyai kebutuhan serupa akan kemampuan, teknologi dan infrastruktur (Munnich Jr., et al. 1999); 
  • Aglomerasi dari industri yang bersaing dan berkolaborasi di suatu daerah, yang berjaringan dalam hubungan vertikal maupun horizontal, melibatkan keterkaitan pembeli-pemasok umum, dan mengandalkan landasan bersama atas lembaga-lembaga ekonomi yang terspesialisasi (EDA, 1997); 
  • Kelompok/kumpulan secara sektoral dan geografis dari perusahaan yang meningkatkan eksternalitas ekonomi (seperti munculnya pemasok seorang jago materi baku dan komponen, atau pertumbuhan kelompok keterampilan spesifik sektor) dan mendorong peningkatan jasa-jasa yang terspesialisasi dalam bidang teknis, administratif, dan keuangan (Ceglie dan Dini, 1999); 
  • Hubungan erat yang mengikat perusahaan-perusahaan dan industri tertentu secara bersama dalam bermacam-macam aspek sikap umum, menyerupai contohnya lokasi geografis, sumber-sumber inovasi, pemasok dan faktor produksi bersama, dan lainnya (Bergman dan Feser, 1999); 
  • Michael Porter mendefinisikan klaster sebagai sekumpulan perusahaan dan lembaga-lembaga terkait di bidang tertentu yang berdekatan secara geografis dan saling terkait alasannya “kebersamaan (commonalities) dan komplementaritas” (Porter, 1990); 
  • Klaster merupakan jaringan produksi dari perusahaan-perusahaan yang saling bergantungan secara erat (termasuk pemasok yang terspesialisasi), biro penghasil pengetahuan (perguruan tinggi, forum riset, perusahaan rekayasa), forum perantara/bridging institution (broker, konsultan) dan pelanggan, yang terkait satu dengan lainnya dalam suatu rantai produksi peningkatan nilai tambah (Roelandt dan den Hertog, 1998); 
  • Klaster merupakan suatu sistem dari keterkaitan pasar dan non pasar antara (a system of market and nonmarket links) perusahaan-perusahaan dan forum yang terkonsentrasi secara geografis (Abramson, 1998); 
  • Klaster merupakan konsentrasi perusahaan dan forum yang bersaing, berkolaborasi dan saling bergantung yang dihubungkan dengan suatu sistem keterkaitan pasar dan non pasar (UK DTI, 1998b, 2001).

Lyon dan Atherton (2000) beropini bahwa terdapat tiga hal fundamental yang dicirikan oleh klaster industri, terlepas dari perbedaan struktur, ukuran ataupun sektornya, yaitu:
  • Komonalitas/ Keserupaan/Kebersamaan/Kesatuan (Commonality); yaitu bahwa bisnis-bisnis beroperasi dalam bidang-bidang “serupa” atau terkait satu dengan lainnya dengan fokus pasar bersama atau suatu rentang kegiatan bersama. 
  • Konsentrasi (Concentration); yaitu bahwa terdapat pengelompokan bisnis-bisnis yang sanggup dan benar-benar melaksanakan interaksi.
  • Konektivitas (Connectivity); yaitu bahwa terdapat organisasi yang saling terkait/ bergantung (interconnected/linked/interdependent organizations) dengan bermacam-macam jenis hubungan yang berbeda.
Pengertian “industri” di sini mempunyai arti luas sebagai himpunan bisnis tertentu, bukan hanya industri pengolahan atau manufaktur saja. Sebenarnya yang dimaksud dengan “klaster industri” ialah kelompok industri spesifik yang dihubungkan oleh jaringan mata rantai proses penciptaan/peningkatan nilai tambah. Kelompok industri spesifik tersebut merupakan jaringan dari sehimpunan industri yang saling terkait (biasanya disebut dengan industri inti/core industries – yang menjadi “fokus perhatian,” industri pendukungnya/supporting industries, dan industri terkait/related industries), pihak/lembaga yang menghasilkan pengetahuan/ teknologi (termasuk perguruan tinggi tinggi dan forum penelitian, pengembangan dan rekayasa/litbangyasa), institusi yang berperan menjembatani/bridging institutions (misalnya broker dan konsultan), serta pembeli, yang dihubungkan satu dengan lainnya dalam rantai proses peningkatan nilai (value adding production chain).
Dalam pengertian ini, industri “inti, pendukung, atau terkait” tolong-menolong sama pentingnya. Istilah tersebut lebih mengatakan “peran” setiap industri - bukan mengatakan yang satu lebih penting dari yang lain. 
Di sini, juga perlu dipahami bahwa pelaku dengan bermacam-macam skala perjuangan (kecil, menengah, besar) berperan pada posisi masing-masing yang paling sempurna – dan tidak untuk “mendiskriminasikan” dan/atau mengasumsikan praktik-praktik predatory business [saling “mematikan”].

Untuk memudahkan, gambar berikut mengilustrasikan pengertian perihal klaster industri:








Pemahaman bersama perihal klaster industri tertentu sanggup membantu masalah yang dihadapi dan bagaimana para pelaku bisnis beserta pemangku kepentingan (stakeholders) mencari solusi terbaik bersama, baik melalui self-organization maupun intervensi efektif dari pemerintah. Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

ADS