Memahami Value Chain |
Hari ini masih berkutat di kantor media Suara Merdeka untuk berguru lebih lanjut mengenai value chain secara praktisnya. Mengapa perusahaan media ini menjadi pilihan saya untuk berguru mengenai value chain? Karena perusahaan media yang telah usang berkecimpung di bisnisnya ini niscaya mempunyai value chain yang cukup luar biasa disamping nilai loyalitas pelanggannya terhadap produk yang mereka supply.
Value chain sendiri merupakan asset intangible dari perusahaan yang sangat besar yang seringkali terlewatkan untuk diperhitungkan, alasannya yaitu selama ini perusahaan hanya terfokus pada produk dan layanan yang mereka supply. Bahkan beberapa pengembangan produk atau layanan gres sanggup didesain dari value chain yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Sebenarnya nilai dari sebuah produk bukan saja meliputi hal-hal yang ada di dalam produk tersebut, nilai distribusi menjadi sangat penting dalam menyumbang nilai sebuah produk terutama bisnis media konvensional menyerupai koran.
Sedemikian menariknya topik ini, maka saya ingin menyebarkan pemahaman mengenai value chain ini dengan teman-teman, terutama teman-teman UMKM yang telah mulai tumbuh dari skala kecil ke skala menengah. Mereka harus mulai memahami bagaiman pentingnya membangun jaringan bisnis internal dan eksternal bagi bisnis mereka. Berikut yaitu goresan pena dari Johan Kusuma Wijaya di media www.diction.id yang sanggup menjadi tentang awal bagi rekan-rekan dalam memahami value chain.
Value Chain Analysis merupakan acara melaksanakan analisis kembali aktifitas kunci dalam proses bisnis yang berkaitan dengan entitas lain yang berada diluar perusahaan, menyerupai supplier dan pelanggan (external value chain) dan kekerabatan antar entitas di dalam perusahaan itu sendiri (internal value chain).
Apa yang dimaksud dengan analisis rantai nilai atau Value Chain Analysis ?
Rantai Nilai (value chain) menggambarkan keseluruhan acara yang diharapkan untuk menghasilkan barang atau jasa, mulai dari proses perancangan, input materi mentah, proses produksi hingga dengan distribusi ke konsumen simpulan serta pelayanan sesudah pemasaran.
Porter menjelaskan, analisis value chain merupakan alat analisis strategik yang dipakai untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan perusahaan, untuk mengidentifikasi dimana value pelanggan sanggup ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik korelasi perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain.
Rantai nilai mengidentifikasikan dan menghubungkan banyak sekali acara strategik perusahaan. Sifat rantai nilai tergantung pada sifat industri dan berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang tidak berorientasi pada laba. (Porter, 1980 dalam Pawarrangan, 2012)
Analisis Value Chain memandang perusahaan sebagai salah satu bab dari rantai nilai produk. Rantai nilai produk merupakan aktifitas yang berawal dari materi mentah hingga dengan penanganan purna jual. Rantai nilai ini meliputi acara yang terjadi alasannya yaitu korelasi dengan pemasok (Supplier Linkages), dan korelasi dengan konsumen (Consumer Linkages). Aktivitas ini merupakan kegiatan yang terpisah tapi sangat tergantung satu dengan yang lain. (Porter, 2001 dalam Wibowo, 2014).
Analisis Value Chain membantu manajer untuk memahami posisi perusahaan pada rantai nilai produk untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Pendekatan Analisis Value Chain dan Value Coalitions merupakan pendekatan terbaik dalam membangun nilai perusahaan kearah yang lebih baik.
Analisis Value Chain dan Value Coalitions lebih sering berafiliasi dengan acara luar perusahaan (Weiler, 2004 dalam Wibowo, 2014). Konsep-konsep yang mendasari analisis tersebut yaitu setiap perusahaan menempati bab tertentu atau beberapa bab dari keseluruhan rantai nilai.
Penentuan di bab mana perusahaan berada dari seluruh rantai nilai merupakan analisis strategik, yaitu dimana perusahaan sanggup menawarkan nilai terbaik untuk pelanggan utama dengan biaya serendah mungkin. Oleh alasannya yaitu itu setiap perusahaan mengembangkan sendiri satu atau lebih dari bagian-bagian dalam rantai nilai, menurut analisis strategik terhadap keunggulannya (Widarsono, 2011).
Rantai nilai menyediakan sarana untuk menganalisis kegiatan yang dilakukan oleh sebuah organisasi. Rantai Nilai mengidentifikasi bidang utama acara primer dan pendukung yang akan diminta untuk menawarkan nilai kepada pelanggan organisasi dan berpotensi membedakan organisasi dari pesaingnya. Kita sanggup memakai konsep rantai nilai untuk mengembangkan peta proses tingkat tinggi dalam organisasi.
Aktivitas-aktivitas tersebut dibagi dalam 2 jenis, yaitu:
1. Primary activities:
2. Supported activities:
Apa yang dimaksud dengan analisis rantai nilai atau Value Chain Analysis ?
Rantai Nilai (value chain) menggambarkan keseluruhan acara yang diharapkan untuk menghasilkan barang atau jasa, mulai dari proses perancangan, input materi mentah, proses produksi hingga dengan distribusi ke konsumen simpulan serta pelayanan sesudah pemasaran.
Porter menjelaskan, analisis value chain merupakan alat analisis strategik yang dipakai untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan perusahaan, untuk mengidentifikasi dimana value pelanggan sanggup ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik korelasi perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain.
Rantai nilai mengidentifikasikan dan menghubungkan banyak sekali acara strategik perusahaan. Sifat rantai nilai tergantung pada sifat industri dan berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang tidak berorientasi pada laba. (Porter, 1980 dalam Pawarrangan, 2012)
Analisis Value Chain memandang perusahaan sebagai salah satu bab dari rantai nilai produk. Rantai nilai produk merupakan aktifitas yang berawal dari materi mentah hingga dengan penanganan purna jual. Rantai nilai ini meliputi acara yang terjadi alasannya yaitu korelasi dengan pemasok (Supplier Linkages), dan korelasi dengan konsumen (Consumer Linkages). Aktivitas ini merupakan kegiatan yang terpisah tapi sangat tergantung satu dengan yang lain. (Porter, 2001 dalam Wibowo, 2014).
Analisis Value Chain membantu manajer untuk memahami posisi perusahaan pada rantai nilai produk untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Pendekatan Analisis Value Chain dan Value Coalitions merupakan pendekatan terbaik dalam membangun nilai perusahaan kearah yang lebih baik.
Analisis Value Chain dan Value Coalitions lebih sering berafiliasi dengan acara luar perusahaan (Weiler, 2004 dalam Wibowo, 2014). Konsep-konsep yang mendasari analisis tersebut yaitu setiap perusahaan menempati bab tertentu atau beberapa bab dari keseluruhan rantai nilai.
Penentuan di bab mana perusahaan berada dari seluruh rantai nilai merupakan analisis strategik, yaitu dimana perusahaan sanggup menawarkan nilai terbaik untuk pelanggan utama dengan biaya serendah mungkin. Oleh alasannya yaitu itu setiap perusahaan mengembangkan sendiri satu atau lebih dari bagian-bagian dalam rantai nilai, menurut analisis strategik terhadap keunggulannya (Widarsono, 2011).
Rantai nilai menyediakan sarana untuk menganalisis kegiatan yang dilakukan oleh sebuah organisasi. Rantai Nilai mengidentifikasi bidang utama acara primer dan pendukung yang akan diminta untuk menawarkan nilai kepada pelanggan organisasi dan berpotensi membedakan organisasi dari pesaingnya. Kita sanggup memakai konsep rantai nilai untuk mengembangkan peta proses tingkat tinggi dalam organisasi.
Gambar Skema Value Chain |
1. Primary activities:
- Inbound logistics: acara yang berafiliasi dengan penanganan material sebelum digunakan.
- Operations: akivitas yang berafiliasi dengan pengolahan input menjadi output.
- Outbound logistics: acara yang dilakukan untuk memberikan produk ke tangan konsumen.
- Marketing and sales: acara yang berafiliasi dengan pengarahan konsumen biar tertarik untuk membeli produk. e. Service: acara yang mempertahankan atau meningkatkan nilai dari produk.
2. Supported activities:
- Firm Infrastructure: terdiri dari departemen-departemen atau fungsi-fungsi (akuntansi, keuangan, perencanaan, dan sebagainya) yang melayani kebutuhan organisasi dan mengikat bagian-bagiannya menjadi sebuah kesatuan.
- Human Resources Management: Pengaturan sumber daya insan mulai dari perekrutan, kompensasi, hingga pemberhentian.
- Technology Development: pengembangan peralatan, software, hardware, prosedur, didalam transformasi produk dari input menjadi output.
- Procurement: berkaitan dengan proses perolehan input/sumber daya.
Gambar Aktivitas Rantai Nilai untuk Perusahaan Manufaktur. Sumber Debra Paul dan James Cadle (2014) |
Bila memakai rantai nilai, hal yang paling gampang untuk memulai yaitu dengan operasi yang merupakan kegiatan inti dari rantai nilai ini. Dalam pola di atas digambarkan perusahaan manufaktur dan kegiatan utama dari rantai nilai ini yaitu ‘Membuat produk’. Namun, hal tersebut hanya sanggup dilakukan jikalau perusahaan manufaktur tersebut sanggup mendapatkan materi baku yang merupakan kegiatan logistik masuk. Kegiatan logistik keluar menyangkut pengiriman ke konsumen akhir. Dalam pemasaran dan penjualan, perusahaan perlu mempromosikan produk dan mendapatkan pesanan. Akhirnya, acara melayani konsumen atau servis melibatkan menawarkan masukan kepada pelanggan mungkin dengan menjawab pertanyaan dan menangani keluhan.
Contoh:
Contoh: