 |
| Bagi UMKM, investasi pada packaging yang manis yaitu penting. |
Marketing harus kreatif alasannya yaitu kebutuhan pasar selalu dinamis dan berubah, belum lagi persaingan semakin ketata alasannya yaitu banyak pemain menceburkan diri di pasar yang sama. Saat ini hampir semua perbankan mengincar UMKM sebagai pasarnya, dengan pertimbangan bahwa pinjaman kredit kepada UMKM sebenar mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan besar.
Jika memang UMKM menjadi sasaran pasar bagi perbankan, maka perbankan perlu masuk lebih dalam untuk memahami apa permasalahan UMKM yang sebenarnya. Sehingga produk-produk perbankan yang ditawarkannya pun sesuai dengan kebutuhan dari UMKM tersebut, bahkan dapat menjadi solusi bagi UMKM.
Sebagaimana sering kami singgung, dalam perjalanan lebih dari 6 tahun dalam training UMKM terlebih dikala harus menjadi juri pada banyak sekali ajang kompetisi produk UMKM, hal yang paling muncul pertama dalam visual produk dan branding yaitu kemasan produk atau packaging produk. Banyak UMKM mengalami kendala dalam pemasaran hanya alasannya yaitu kemasan mereka yang belum menarik, padahal untuk kualitas produk terutama cita rasa untuk makanan produk tersebut dapat dikatakan sudah lebih dari rata-rata.
Pelaku UMKM sendiri pun sudah menyadari bahwa produk mereka lemah di kemasannya, dan mereka ingin berbenah pada hal tersebut. Namun untuk ke arah tersebut mereka harus mengalokasikan dana yang bagi mereka cukup besar hanya untuk sekedar mendapat desain kemasan yang bagus. Mereka harus menginvestasikan modal mereka untuk membayar desain kemasan dan juga cetak kemasan dalam kuantitas tertentu. Di level UMKM, terutama yang skala mikro dan kecil, berinvestasi sebesar Rp 15 juta sd Rp 20 juta butuh pertimbangan yang panjang alasannya yaitu dana tersebut dapat mereka gunakan untuk kebutuhan produksi yang lain.
Pihak marketing perbankan harus melihat hal ini sebagai peluang alasannya yaitu hal ini yaitu permasalahan umum yang hampir dialamai oleh semua UMKM. Jika selama ini perbankan dapat memperlihatkan kredit kepemilikan kendaraan bermotor, maka seharusnya ada produk serupa yang dapat ditawarkan kepada UMKM. Bukan kredit kendaraan bermotor, melainkan kredit packaging produk sebagai solusi atas permasalahan UMKM tersebut.
Produk kredit inipun harus benar-benar hadir sebagai solusi sehingga pihak perbankan tidak akan bangkit sendiri melainkan bermitra dengan pihak desainer kemasan dan perusahaan percetakan. Semuanya akan menjadi one stop solution dalam permasalahan kemasan di Indonesia. Produk kredit yang ditawarkan sudah menjadi paket solusi yang menarik bagi UMKM.