Bargaining power ditentukan dari bagaimana anda membangun persepsi yang besar lengan berkuasa pada produk anda. |
Komentar dari Cak Samsul Hadi (Fokus Indonesia) di halaman face book saya ketika saya menciptakan posting terkait pembayara tempo dari beberapa buyer kepada para pelaku UMKM benar-benar mengingatkan saya terhadap PR (pekerjaan rumah) yang selama ini hampir lupa dikerjakan, yaitu: Bargaining Power !
Melakukan perundingan bisa merupakan sesuatu yang yang menarik bagi sementara marketer, namun bagi businessman bisa menjadi sesuatu yang "wasting time" lantaran mereka ingin "dominan" dalam negosiasi.
Bisakah? Pastinya bisa ! Dalam komentarnya Cak Samsul Hadi, dia memperlihatkan tumpuan bagaimana orang bersedia inden Mitshubishi Expander dengan menyodorkan uang inden sementara mungkin mereka gres akan sanggup barangnya tahun depan. Ya, ini yaitu salah satu tumpuan dari beberapa tumpuan yang ada yang bisa menggambarkan betapa produsen mempunyai bargaining power yang besar lengan berkuasa dan konsumen sudah dalam posisi tidak bisa bernegosiasi.
Sepertinya tidak fair jikalau memperbandingkan UMKM dengan Mitshubishi, maka saya akan mengambil tumpuan produk UMKM seperti: Getuk Kethek Salatiga, dimana orang harus rela antri atau pesan jikalau ingin kebagian getuknya. Bukankah ini tumpuan yang anolog juga? Karena saya juga mengalami nasib tidak kebagian ketika mampir di Getuk Kethek lantaran saya tidak pesan dan merasa yakin bisa tiba on the spot, ternyata saya salah. Apakah saya kecewa ? Ya, sebentar tapi tidak kapok untuk tiba lagi ke Getuk Kethek lantaran memang bargaining power-nya tersebut.
Apa sih Bagaining Power itu ?
Bagaining power atu Kekuatan Tawar yaitu kemampuan relatif dari satu pihak dalam situasi untuk memperlihatkan imbas kepada pihak lain. Bargaining power lebih banyak dibangun dari persepsi.
Persepsi yang besar lengan berkuasa atas suatu produk tentunya tidak dibangun dari kinerja yang sembarangan lantaran kita paham bahwa membangun persepsi tidaklah mudah. Persepsi yaitu merk yang selama ini sering diangankan oleh UMKM tetapi banyak di antara mereka hanya tahu bahwa merk yaitu simbol atau goresan pena yang menempel pada suatu produk. Brand lebih dari itu, lantaran merk bicara ihwal persepsi apa yang menempel pada konsumen terhadap produk anda.
Saya tidak akan bicara ihwal perencanaan brand, lantaran nama Getuk Kethek pun niscaya tidak dibangun dengan perencanaan merk lantaran nama Getuk Kethek justru tiba dari para konsumen lantaran produsen getuk tersebut memelihara kehek (kera) di depan rumahnya. Inilah simbol (maskot) yang menjadi persepsi para konsumen dan jadinya muncul nama Getuk Kethek !
Persepsi produk UMKM harus dimulai dari kualitas yang prima, jikalau dalam produk pangan maka harus dimulai dari cita rasa, jikalau dalam produk kerajinan dan mebel harus dimulai dari desain dan workmanship termasuk untuk produk fashion. Cita rasa yang khas dan lokal bisa menjadi persepsi yang kuat, selain issue sehat yang kini ini mulai berkumandang. Berikut yaitu beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh UMKM dalam menciptakan persepsi produk yang kuat:
Unik akan menjadi kata kunci dalam membangun persepsi produk yang kuat, tetapi unik saja bagi saya tidak cukup lantaran kualitas dan konsistensinya harus menjadi sebuah sistem yang terpadu. Mengapa harus menjadi sebuah sistem ? Bisnis dibangun dengan visi jangka panjang, bukan sesaat, maka untuk menjaga kesinambungan bisnis harus ada sistem yang mengaturnya oleh alasannya yaitu itu UMKM butuh administrasi dan SOP. Keunikan inilah yang akan membedakan produk tersebut dari produk lainnya.
Lokal dan Khas merupakan potensi yang harus dieksplorasi. Untuk memperkuat keunikan, kita harus memperkuat kekuatan sumber daya lokal dan khas dari suatu kawasan atau individu lantaran dengan cara ini mempersempit ruang persaingan.
Original, pastinya produk yang mempunyai persepsi besar lengan berkuasa yaitu produk yang original, tidak menjiplak produk orang lain. UMKM harus membuatkan potensi dan idenya sendiri, bukan menjiplak dari produk pesaing tanpa konsep yang jelas.
Sustainable, penting untuk dipertimbangkan mengenai kelangsungan produksi atau kontinuietas supply. Jika diharapkan untuk mengamankan sumber materi baku, maka UMKM harus mempunyai upaya untuk melaksanakan pelestarian sumber daya baik dilakukan sendiri atau bermitra.
Sehat, mengingat bahwa issue ini menjadi sangat penting akhir-akhir ini maka UMKM harus memegang teguh aspek ini atau produknya akan ditinggalkan konsumen yang telah sadar apa yang mereka cari.
Dari beberapa aspek di atas, UMKM harus menciptakan sistem administrasi yang bisa menjaga konsistensi upaya-upaya tersebut di atas dengan lebih baik. Bahkan UMKM pun bisa membuat sistem dan layanan perusahaannya menjadi unik, semoga menjadi daya tarik yang lebih besar lengan berkuasa lagi. Bukankah apa-apa yang sudah umum menjadi tidak menarik lagi ?
Nah, meskipun pada awalnya saya tidak ingin membicarakan perencanaan merk namun sesudah melihat uraian di atas maka UMKM tetap perlu menciptakan sebuah konsep dan perencanaan yang matang dalam membangun persepsi produksinya. Bahwa tidak tidak mungkin produk UMKM bisa mempunyai persepsi yang besar lengan berkuasa menyerupai produk merk besar sebagaimana tumpuan di awal goresan pena ini.
Mari kita berdiri produk orisinil dan khas Indonesia, produk unik dan menarik. Kami siap berdiskusi dengan teman-teman UMKM.