M Adam Gana dan Team ketika mempresentasikan briket KAKATOA. |
Berawal dari keprihatian Mas M Adam Gana dan kelompok KOKAWA atas penebangan pohon di kawasan Kaligesing, Purworejo, untuk kebutuhan pembuatan briket arang kayu yang sering menjadikan tanah longsor. Maka kelompok KOKAWA melaksanakan percobaan-percobaan pembuatan briket kotoran kambing etawa (KOKAWA) sebagai pengganti briket arang kayu.
Inovasi dari masyarakat tersebut ternyata bisa menghasilkan briket yang mempunyai nilai bakar tinggi yaitu lebih dari 5.000 kal/gram (SNI) atau tepatnya 5.866 kal/gram. Tentunya hasil ini ialah hasil uji lab yang telah mereka lakukan pada produk KOKAWA yang bisa menyala selama 12 menit efektif dan 18 menit dari semenjak menyala hingga menjadi abu.
Dengan materi baku yang mereka peroleh dari pusat peternakan kambing ras Kaligesing tesebut mereka bisa menekan biaya materi baku sehingga harga jual KOKAWA menjadi sangat kompetitif dibandingkan dengan briket arang kayu yang telah ada. Harga jual briket KOKAWA ini dibandrol sekitar Rp 5.000,- per kg.
Briket KOKAWA Sebagai Alternatif Sumber Energi di Pedesaan.
Meskipun untuk ketika ini briket KOKAWA belum diproduksi secara massal, namun pengembangan ke arah produksi untuk skala lebih besar terus diupayakan oleh kelompok KOKAWA untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar sebelum balasannya dilempar ke pembeli dari luar daerah.
Untuk pengembangan kapasitas, hal utama yang perlu dipenuhi ialah ketersedian alat press dan cetak briket. Penambangan alat ini sangat signifikan dalam pengembangan kapasitas produksi KOKAWA.
Untuk pemenuhan materi baku yang didominasi oleh kotoran kambing etawa dengan komposisi 98% kotoran kambing etawa dan 2%, sementara ini masih sangat memadari diperoleh dari pusat peternakan kambing etawa di sekitar kawasan Kaligesing.
Keterlibatan pemerintah dalam memperlihatkan bimbingan teknis dan fasiltias alat produksi sangat diharapkan oleh masyarakat Kaligesing atau penemuan dari masyarakat ini tetap berkesinambungan dalam pengembangannya.