Pengenalan Key Performance Indicator (KPI) Kepada UMKM |
Hal ini ini terasa dikala mereka sudah berada di level kecil dan menengah, mereka butuh pembekalan KPI dan Balanca Score Card. Terkait hal ini berikut kami ingin menyenggol sedikit mengenai dasar-dasar Key Performance Indicator (KPI) yang harus mulai diterapkan kepada perusahaan-perusahaan skala UMKM.
Kinerja Yang Baik dan Key Performance Indicator.
Kinerja perusahaan yang baik itu menyerupai apakah? Pasti ukuran antara satu orang dengan orang lain akan berbeda alasannya ialah setiap orang mempunyai sudut pandang yang berbeda dan menjadikan subyektivitas pada penilaian kerja.
Oleh alasannya ialah itu Key Performance Indicators sangat penting, alasannya ialah menghindarkan subyektivitas atau suka dan tidak suka dalam penilaian kinerja yang baik. Sangat berbahaya jikalau dalam administrasi perusahaan tidak ada pengukuran kinerja yang terperinci dan obyektif alasannya ialah bisa mengakibatkan hancurnya motivasi karyawan di perusahaan tersebut, bahkan untuk skala kecil sekalipun.
Key Performance Indicators atau KPI ialah salah satu target kerja yang diberikan kepada team yang bertujuan untuk proses penilaian kerja yang ditetapkan secara kuatitatif. Matrix tersebut diberikan untuk mengevaluasi progress perkembangan dari sebuah organisasi untuk memastikan bahwa strategic goal yang termaktub dalam strategic management sanggup terwujud kurun waktu tertentu.
Ada 2 jenis KPI jikalau dilihat dari applikasinya, yaitu KPI FInancial dan Non FInancial Indicators dan bagaimana mengukurnya? Bila merujuk ke konsep Balance Score Card yang dikembangkan oleh Robert S Kaplan dan David P Norton, maka terdapat 4 pilar utama dalam mengukur kinerja organisasi, sebagaimana terlihat dalam gambar berikut:
The Balance Score Card Performance Measures, Robert S Kaplan and David P Norton. |
Pilar ini menekankan pada pentingnya budaya belajar, tata kelola SDM dan penemuan sebagai modal dasar dalam menjalankan dan membesarkan keberlangsungan bisnis sehingga bisa memperlihatkan nilai-nilai yang tinggi untuk semua stake holder. Hal ini dianggap penting alasannya ialah organisasi yang berhasil ialah mereka yang terus berguru dan terbuka untuk membuatkan penemuan bisnis secara periodik sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh persuhaan.
Bebeapa teladan indikator yang bisa diterapkan dalam bisnis UMKM adalah: Number of Training Hours, HR Audit, Number of Developed People, Number of Certified People, Number of Internal Transfer, Employment Engagement Survey, Turn Over Rate, Innovation Implementation vs Plan, Number of New Idea, Innovation Success Rate dan indicator lain terkait dengan tata kelola SDM dan penemuan yang ada dalam perusahaan.
Jumlah KPI yang akan ditetapkan dalam perusahaan skala Kecil dan Menengah tergantung dari kebutuhan dan goal perusahaan, rata-rata antara 8 - 12 KPI.
Pilar 2: Internal Business Process.
Pilar kedua berkaitan erat dengan pilar pertama, yang pada dasarnya ialah bahwa jikalau karyawan bahagia bekerja dan mempunyai kompetensi yang sesuai di posisinya, maka proses kerja atau SOP sanggup berjalan dengan baik dan sanggup dilakukan secara konsisten. Tujuannya ialah untuk memastikan bahwa semua proses kerja berjalan dengan konsisten.
Contoh indikator yang dipakai ialah Operational Audit, Management Audit, Brand Audit, ISO Certification dan hal-hal lain yang berafiliasi dengan bagaimana kita menjaga konsistensi proses kerja yang berdampak kepada "kepuasan pelanggan" dan "karyawan".
Pilar 3: Customer Perspective.
Pilar ketiga ini berafiliasi dengan ukuran "kepuasan" dan "loyalitas pelanggan" terhadap perusahaan yang merupakan imbas dari pilar pertama dan kedua.
Jadi, koneksi antara pilar pertama hingga pilar ketiga adalah: (Pilar 1) Jika karyawan happy, mempunyai kompetensi dan berperan dalam inovasi, maka: (Pilar 2) Proses kerja akan berjalan dengan baik yang berakibat pada: (Pilar 3) Yaitu customer juga happy.
Pada pilar ketiga ini, perspektif yang ditonjolkan ialah lebih menitikberatkan kepada bagaimana persepsi kepuasan dan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan.
Contoh indikator yang digunakan: Customer Satisfaction Index, Number of Repeat Order, Number of Loyal Customer, Number of New Customer dan sebagainya.
Pilar 4: FInancial Indicator.
Pilar 4: FInancial Indicator.
Jika pilar pertama hingga pilar ketiga dihitung menurut non financial perspective, maka pilar keempat ialah indikator yang berafiliasi dengan kinerja finansial perusahaan untuk melihat dari sudut pandang stakeholder yang merupakan imbas simpulan dari ketiga aspek pilar di atas.
Contoh indikatornya adalah: Revenue, Expenses, GOP dan sebagainya dari sudut pandang bisnis dan keuangan.
Dengan keempat pilar KPI tersebut, kinerja perusahaan yang diturunkan ke kinerja departemen dan karyawan sanggup diukur dengan pasti, yaitu dengan dengan pendekatan kuantitatif baik dalam bentuk mata uang, angka atau index dimana ukuran keberhasilan dilihat dari empat sudut pandang yang berbeda yang saling berafiliasi antara satu dengan yang lainnya tersebut.
Jika seorang manager di customer service, maka ia juga harus andal dalam menjaga konsistensi standard, andal dalam tata kelola SDM dan penemuan sehingga berdampak kepada pencapaian kinerja secara finansial. Keseimbangan dalam tata kelola perusahaan itulah yang disebut dengan Balance Score Card dimana ukuran keberhasilan diukur dengan Key Performance Indicator.
Pada pada dasarnya KPI yang akan diterapkan haruslah diubahsuaikan dengan tujuan perusahaan masing-masing, alasannya ialah setiap perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Dengan tujuan ini, setiap perusahaan akan melihat aspek strategic management dari perspektif mereka masing-masing.